Instagram -->

Sabtu, 28 Mei 2011

AKAR DAN SAYAP

Seorang wanita bijak pernah berkata seperti ini, “Hanya dua warisan yang bisa kita berikan kepada anak-anak kita. Yang satu adalah akar dan yang satunya lagi adalah sayap.” Sederet tulisan yang ditulis Hodding Carter tersebut menyimpan arti bahwa kita sebagai orang tua sudah seharusnya menanamkan akar yaitu sikap positif yang kuat, penanaman nilai-nilai kebenaran dan hidup takut akan Tuhan. Sementara memberikan “sayap” berarti menjadi orang tua yang memberikan kebebasan yang bertanggung jawab dalam diri anak kita untuk mengembangkan potensi dan kreativitas mereka.

Hanya sayang, fakta yang terjadi seringkali justru bertolak belakang. Penganiayaan terhadap anak seringkali menjadi “cara mendidik” bagi para orang tua yang selalu menganggap bahwa anak adalah milik mereka termasuk pola asuh adalah hak mereka seratus persen. Penganiayaan secara fisik dan psikis terhadap anak menjadi kasus yang seringkali terjadi. Sungguh memprihatinkan melihat orang tua yang menerapkan pola asuh secara salah seperti ini.

Seharusnya kita tahu bahwa anak adalah titipan Tuhan. Jadi, bagaimanapun juga kita tidak bisa bertindak semena-mena, sebaliknya kita harus bertanggung jawab kepada Tuhan. Menurut teori, melahirkan anak itu mudah, lebih mudah lagi jika melalui proses operasi. Tapi untuk membesarkan dan mendidiknya, itulah yang tidak mudah. Perlu kasih, kesabaran, ketulusan, ketelatenan juga keteladanan untuk membuat mereka menjadi anak yang takut akan Tuhan di kelak kemudian hari. Bagi kita yang terlalu menuntut anak untuk menjadi ini dan itu, perkataan Walter Schirna ini mungkin bisa menjadi inspirasi bagi kita, “Anda tidak membesarkan pahlawan. Anda membesarkan anak. Jika Anda memperlakukan mereka sebagai anak, mereka akan menjadi pahlawan, paling tidak bagi diri Anda sendiri.” Sudahkah kita mewariskan akar yang kuat bagi anak kita? Sudahkah kita mewariskan sayap yang membuat mereka terbang?
Tanamkan akar dan tumbuhkan sayap, maka anak kita akan jadi pahlawan.